Perjalananku Menuju Okupasi Terapi (bagian 1)
Assalamu’alaikum…
Sebelumnya perkenalkan, saya L. Diani (pake
inisial aja biar aman, hehe). Saya dari kota kecil di antara Semarang-Solo.
Saya anak kelahiran tahun 98, masih muda kan ya..
Di sini saya akan menceritakan sedikit pengalaman
saya bisa masuk ke okupasi terapi.
Awal cerita, saat masuk ke SMA, saya pengen
banget jadi ahli gizi. Kuliah di I*B biar sama seperti bapak dulu walau beda
jurusan. Pengen cari yang beda dari yang lain, beda dari sepupu-sepupu, soalnya
nanti kalau sama bisa dibanding-bandingin (kan nggak enak).
Seiiring perjalanan waktu SMA, saya merasa
saya tidak terlalu bisa mengikuti pelajaran biologi dan kimia. Jadi, muncullah
rasa ragu itu. Ditambah nilai biologi dan kimia saya yang terlalu mepet dengan batas
tuntas. Kemudian, saya mencoba mencari bagaimana kuliah gizi itu (kurikulum),
universitas yang ada jurusan gizi, dan peluang kerjanya. Setelah searching dan dapat info dari teman, saya
sudah tidak terlalu yakin untuk masuk jurusan gizi.
Menjelang SNMPTN, saya tambah bingung.
Jurusan apa yang cocok dengan kepribadian dan kemampuan saya ini. Rasanya
pengen psikologi, pendidikan luar biasa, bahasa asing (Inggris/Jepang), dan
kesehatan. Tapi prioritas saya tetap di kesehatan. Dokter sudah tidak
mungkin (duit nggak ada, kemampuan saya pas-pasan), perawat (nggak mau),
bidan (apa lagi ini). Lalu
tiba-tiba terbesit pikiran fisioterapi (dulu pernah pengen sih, tapi cuma
sekilas aja). Dan mulailah saya mencari tentang seluk-beluk fisioterapi.
Mencari tentang fisioterapi tidaklah sulit karena
jurusan itu sudah terkenal dimana-mana. Dan bertemulah saya dengan Poltekkes
Kemenkes Surakarta. Poltekkes Surakarta memiliki delapan jurusan. Jurusannya
adalah keperawatan (DIV/DIII), terapi wicara (DIV/DIII), akupuntur (DIV/DIII),
fisioterapi (DIV/DIII), okupasi terapi (DIV/DIII), ortotik prostetik (DIV/DIII),
kebidanan (DIV/DIII), dan jamu (DIII). Dan saya merasa asing dengan dua jurusan
yang ada, yaitu okupasi terapi dan ortotik prostetik.
Berhubung saya orangnya termasuk kepo, maka saya mulai
mencari seperti apa sih kedua jurusan itu. Ternyata, okupasi terapi itu seperti
… (lihat post sebelumnya http://ldiani19.blogspot.co.id/2017/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_21.html) dan ortotik prostetik itu jurusan yang nantinya akan
bekerja sebagai pembuat kaki palsu (setahu saya).
Lalu, saya meminta pendapat mama tentang
okupasi terapi. Beliau langsung setuju kalau saya masuk ke jurusan itu dengan
harapan nanti bisa membuka usaha yang berkaitan dengan orang lansia/geriatri
dan memang sesuai dengan kepribadian dan kemampuan saya. Juga saya meminta
saran untuk mendaftar SNMPTN (untuk cadangan, apabila tidak diterima di
poltekkes), dan saya disarankan untuk mendaftar gizi dan biologi (padahal dari
awal sudah tidak niat, tapi daripada nanti tes tulis. Try Out aja sudah pusing apalagi tes tulis).
Saat mendaftar PMDP poltekkes, saya bingung
persiapannya. Dan saat hampir semua berkas sudah siap, saya cek lagi apa saja
yang dibutuhkan. Ternyata, saya belum mencetak kartu pendaftaran (sudah mengisi
online tapi belum ada tulisan cetak jadi kelewat aja, langsung log out). Berhubung pas ngecek lagi itu sudah
malam dan ngantuk, jadilah saya kurang teliti. Pada akhirnya, saat semua berkas
sudah mau dikirim (sudah disegel amplop berkasnya), saya merasa ada yang salah.
Lalu saya bongkar lagi amplopnya, dan ternyata saya salah mengisi program
jurusan untuk pilihan kedua saya.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar